- Nama Palestina
Nama Palestina berasal dari sebutan wilayah bagian barat daya negeri Syam1, yang terletak di barat Asia, Teluk Timur Laut Tengah. Letak Palestina dikenal cukup strategis, karena berfungsi sebagai wilayah penghubungan antara Asia dengan Afrika.
Awal mulanya, tanah Palestina ini dikenal dengan sebutan “Tanah Kan’an”, karena bangsa pertama kali menempati wilayah tersebut adalah orang-orang Kan’an. Bangsa ini datang dari wilayah Arab sekitar tahun 2500 SM. Sejarah lainnya menuliskan, penyebutan nama Palestina berasal dari nama pelaut, yang berasal dari bagian barat Asia Kecil dan wilayah bahari di abad 12 SM.
Nama ini juga tercantum di dalam prasasti Mesir dengan nama “P L S T”, yang dimungkinkan ada penambahan huruf “Nun” sebagai penyebutan untuk makna jamak. Para pelaut itu banyak yang menempati pesisir pantai yang dengan cepat berintegrasi dengan bangsa Kan’an di sana.2
- Kemulian Tanah Palestina
Palestina memiliki posisi tersendiri di hati umat Islam. Diantaranya adalah:
- Tanah suci berdasarkan sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Quran.
- QS. Al-Maidah: 21
- QS. Al-Isra’: 1
- QS. Al-Anbiya’: 81
- Berdasarkan hadis nabi Muhammad Saw., masjid suci Al-Aqsha merupakan kiblat pertama bagi umat Islam, disamping itu juga merupakan masjid ketiga yang dimuliakan setelah masjidil Haram dan masjid An-Nabawi. Bagi muslim yang sholat di dalamnya mendapatkan ganjaran sebanayk 500 kali lipat dibandingan dengan sholat di masjid yang lain selain masjidil haram dan masjid nab.
- Rasulullah Saw. Bersabda: “Janganlah bertekad kuat untuk melakukan perjalanan kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari)
- Dalam hadist lain Rasulullah Saw. Bersabda: “Sholat di Masjidil Haram 100.000 sholat, dan sholat di masjidku (nabawi) 1000 kali sholat, dan sholat di masjid Al-Aqsha 500 kali sholat. (HR. Thabrani)
- Palestina juga dikenal dengan negeri para nabi. Di atasnya banyak lahir dan disinggahi para nabi dan rasul. Diantaranya adalah nabi Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Daud, Sulaiman, Sholeh, Zakaria, Yahya, Isa as. Disamping itu negeri ini pernah pula disinggahi oleh nabi Muhammad Saw.
- Palestina juga dikenal sebagai tempat Isra. Allah Swt. yang memilihkan lokasi ini masjid Al-Aqsha sebagai tempat Isra-nya Rasulullah Saw. dari masjidil Haram menuju masjid Al-Aqsha. Baru kemudian dari masjidil Aqsha Rasulullah Saw. melakukan mi’raj ke langit. Dengan demikian terlihat jelas bagaimana cara Allah Swt. memuliakan negeri yang diberkahi ini.
Diriwayat lain disebutkan bahwa di masjidil Aqsha berkumpul para nabi dan kemudian melakukan Sholat yang dipimpin oleh nabi Muhammad Saw., sebagai bukti bahwa ini merupakan kelanjutan estafet dari dakwah tauhid yang dilakukan oleh para nabi dan Rasul kepada kaum muslimin.
- Dalam hadist lain disebutkan bahwa tanah Palestina merupakan tanah tempat dibangkitkannya dan dikumpulkannya umat manusia. (HR. Imam Ahmad)
- Hadist lain yang menyebutkan bahwa akan ada kelompok yang dimenangkan hingga hari Kiamat dan mereka berada di Syam tepatnya di bait Al-Maqdis dan sekitarnya. (HR.)
- Palestina di masa Islam
Sebelum berdirinya negara Islam di kota Madinah, masjid Al-Aqsha di Palestina sudah memiliki termpat tersendiri di hati kaum muslimin. Karena menjadi kiblat pertama selepas terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Kaum muslimin baru dapat menginjakkan kakinya ke tanah Palestina setelah mereka terbebas dari belenggung ataupun initimadasi musuh-musuh Islam di Madinah. Baru setelah itu tiba periode ekspansi yang berlanjut hingga membuka pintu ke Syam.
Pembebasan fenomenal terhadap Palestina untuk pertama kalinya terjadi dalam peperangan Ajnadain yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Peperangan sengit itu terjadi pada tanggal 27 Jumadal Ula 13 H./ 30 Juli 634 M yang menyebabkan tewasnya sebanyak 3000 orang tentara Romawi. Kemudian dilanjutkan dengan perang Fahl-Beisan pada tanggal 28 Dzulqa’dah 13 H/ 22 Januari 635 M yang berada di bagian barat sungai Yordania, selatan kota Beisan.
Puncaknya adalah perang Yarmuk di Utara Yordania yang meletus pada tanggal 5 Rajab 15 H/ 12 Agustus 636 M. Pada saat itu tentara kaum muslimin berkekuatan 36.000 personil di bawa pimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Khalid bin Walid ra. Sedangkan tentara Romawi membawa pasukan 5 kali lipat dari kaum muslimin, atau sebanyak 200.000 personil. Kendati minim secara kuantitas, pasukan Islam dapat mengalahkan kekutan romawi kala itu, banyak sejarawan mencatat dalam peperangan ini pihak Romawi kehilangan sebanyak 130.000 personilnya.
Kemenangan kaum muslimin dalam perang Yarmuk ini menjadi kunci terbukanya wilayah Syam bagi umat Islam, termasuknya di dalamnya adalah Palestina. Umar bin Khattab yang menjadi khalifah pada masa itu bahkan hadir langsung untuk menerima kunci kota Al-Quds setelah sebelumnya dikepung selama berbulan-bulan oleh pasukan muslimin.
Keistimewaan dari terbebasnya kota Al-Quds dari Palestina adalah, disamping kota yang disucikan, kota ini menjadi satu-satunya wilayah yang secara langsung dibebaskan oleh Khalifah. Saat itu Umar datang bersama 40.000 orang sahabat yang ikut serta dalam pasukan perang kaum muslimin. Kemudian sahabat nabi bernama Bilal bin Rabah, mengumandangkan adzan untuk pertama kalinya paska wafatnya Rasulullah SAW.
Teks pembebasan kota Al-Quds ini tercantum di dalam “Al-Uhdah Al-Umariah” atau perjanjian Umar bin Khattab. Untuk pertama kali Al-Quds jatuh ke tangan umat Islam pada akhir bulan Rabiul Akhir 15 H/ Mei 637 M. Kota yang terakhir jatuh ketangan umat Islam adalah “Qisariah” pada bulan syawal 19 H/ Oktober 639 M.
Sejak saat itu Al-Quds dan Palestina berada di bawah kekuasaan Khalifah. Palestina kemudian ditempatkan sebagai pasukan divisi 4 untuk kawasan Syam di masa Khulafaurrasyidin, dan menjadi pasukan divisi 5 di masa Daulah Umawiyyah.
Palestina silih berganti melewati fase dinasti Islam paska Khulafauurasyidin. Kekuasaan khilafah berkahir pada tahun 41 H/661 M, dilanjutkan dengan Dinasti Umayyah pada tahun 132H/ 750 M, kemudian dilanjutkan pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa dinasti ini, Palestina berada di bawah kondisi pemerintahan yang lemah, hingga wafatnya Khalifah Abbasiyah Al-Mutawakkil pada tahun 237H/ 861 M sehingga Palestina berdiri secara otonom.
Kondisi yang sama dialami Palestina di masa pemerintahan dinasti Thallun dan Saljuk, keduanya menguasai Palestina secara bergantian di bawah bendera daulah Abbasiyah. Perseteruan merebut kekuasaan antara Thallun dan Saljuk berujung kepada jatuhnya Al-Quds ke tentara Salib pada tahun 493 H/ 1099 M.
Setelah 5 abad Al-Quds berada di bawah pemerintahan kaum muslimin, tentara Salib kemudian datang memerangi mereka hingga menewaskan sebanyak 70.000 warga muslim di Al-Quds. Sejak saat itu kaum muslimin terus melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan kota suci Al-Quds ke tangan umat Islam.
Puncak dari pembebasan Al-Quds untuk kedua kalinya terjadi di masa Shalahuddin Al-Ayyubi, ia mengibarkan berndera jihad melanjut perjuangan pendahulunya Nuruddin selama tahun 1173-1193 M. Di tangan Shalahuddin pula Syam dan Mesir dapat disatukan dan memberikan perlawanan hebat terhadap tentara Salib. Pertempuran terbesar pada masa ini terjadi dalam perang Hittin, pasukan muslim berhadapan dengan pasukan Salib pada tanggal 24 Rabiul Akhir 583 H/ 3 Juli 1187
Fase kembalinya Al-Quds ke tangan umat Islam dikenal dengan sebutan fase kedua, namun setelah kematian Sholahuddin Al-Ayyubi, kota Al-Quds sempat kembali jatuh ke tentara Salib dimasa raja Frederick dari Siqilia, dan berada di bawah kekuasaan tentara Salib selama 11 tahun. Al-Quds akhirnya kembali ke tangan umat Islam di bawah raja Najmuddin Ayyub pada tahun 1244.
Palestina di masa Mamalik
Kota Al-Quds kembali terancam di masa serangan tentara Mongol terhadap dunia Islam yang memporakporandakan Dinasti Abbasiyah di Baghdad tahun 1243-1244. Namun serangan mereka dihentikan oleh kekuatan pasukan Saifuddin Quthuz dalam perang di Ainun Jalut pada tahun 1259, dan memasukkan Al-Quds menjadi bagian dari wilayah Disnasti Mamalik yang memerintah Mesir dan Syam setelah dinasi Ayyubiah hingga tahun 1517.3
Masa Dinasti Usmaniah
Tentara Utsmani untuk kali pertama menginjakkan kakinya di Palestina pada tahun 1517 di bawah pimpinan Sultan Salim I setelah perang Marju Dabiq. Sejak saat itu Palestina menjadi bagian dari pemerintahan Utsmaniah. Pada masa ini terjadi banyak pengembangan dari masjid Al-Aqsha termasuk di dalamnya Qubbatus Sakhrah selama tahun 1520-1566.
Kota Al-Quds berada di bawah kekuasaan Utsmani hingga meletusnya perang dunia I, Turki kalah dalam pertempuran tersebut dan terpaksa keluar dari Palestina.4
Palestina di masa Penjajahan Inggris
Kota Al-Quds jatuh ke tangan tentara Inggris pada tanggal 8-9 Desember 1917 setelah bayan yang dibacakan oleh jenderal Inggris Allinpi dan PBB memberikan kepada Inggris mandat untuk Palestina. Sejak saat itu Al-Quds dijadikan sebagai ibukota Palestina dibawah mandat Inggris (1920-1948).
Dimasa krusial seperti ini Inggris kemudian membuka pintu lebar-lebar bagi para imigran Yahudi untuk masuk ke Palestina. Ini terjadi setelah keluarnya berjanjian Balfour pada tanggal 2 November 1917 yang isinya memberikan kepada Yahudi tempat di Palestina. 5
Permasalahan Al-Quds akhirnya diambil alih oleh dunia internasional, PBB mengeluarkan keputusan pada tanggal 29 November 1947 dengan menginternasionalisasikan Al-Quds untuk mengakhiri perseteruan yang terjadi antara bangsa Arab dan Yahudi. Kota suci ini kemudian ditarik dari posisinya sebagai bagian dari Arab maupun Yahudi dan berada di bawah penjagaan PBB.6
Berakhirnya Mandat Inggris
Tepat pada tahun 1948 pihak Kerajaan Inggris menarik pasukannya dari Palestina, kekosongan ini dimanfaatkan dengan baik oleh entitas Yahudi yang sudah berdatangan dari berbagai negari migrasi ke Palestina. Mereka mengambil peluang politik, bahkan militer. Puncaknya mereka mendeklarasikan berdirinya negara “Israel” pada tanggal 3 Desember 1948 yang diumumkan oleh David Bingoren, sebagai PM negara penjajah Israel. Ia bahkan mengumumkan bahwa bagian barat Al-Quds menjadi ibukota bagi Israel.
Posisi Al-Quds bagian Timur pada saat itu berada di bawah kendali dari negara Yordania, sampai akhirnya Israel berhasil mencaploknya dan menjadikan Al-Quds bagian dari otoritas Israel pada tahun 1967. Tahun 1948 dikenal dengan tahun Nakbah. Dan tahun 1967 dikenal dengan tahun Naksah.
Disarikan dari buku Al-Qadyah Al-Felesthiniah, karangan Dr. Muhsin Muhammad Shalih oleh Muhammad Syarief Lc. MH.
[1] Syam merupakan wilayah yang kini meliputi Palestina, Lebanon, Yordania dan Suriah.[2] Al Qadyah Al-Filishtiniah Khalfiyatuha At-Tarikhiah wa Tathawuratuha Al-Muashirhat, Dr. Muhsin Muhammad Shaleh, hal. 10.[3] Al-Quds At-tasmiah wa Tarikh wa turats, Imarah Abdullah Salim, hal. 76[4] Baitul maqdis abara ushur, ishom sisalim, hal 72-76.[5] Al-Quds At-tasmiah wa Tarikh wa turats, Imarah Abdullah Salim, hal. 81[6] Al-ashi hal 30