Palestina – seorang ekskutif bisnis Palestina pada Senin (5/10/2020) mengatakan bahwa hubungan negara-negara teluk dengan israel yang dikutuk oleh pemimpin-pemimpin Palestina, juga dapat menjadi sebuah kesempatan untuk menerapkan tekanan baru agar proyek permukiman yahudi di tanah yang diduduki, seperti yg dilansir middleeastmonitor.com, Senin (5/10/2020).
Bashar Masri, seorang amerika-Palestina yang menjalankan 2 perusahaan induk terbesar Palestina, mengatakan orang-orang Palestina harus menemukan sebuah cara untuk mengubah kesepakatan yang dibuat oleh penjajah israel pada bulan lalu dengan UEA dan Bahrain ke dalam sebuah “hal yang positif bagi kami”.
Dengan dorongan diplomatik yang dilakukan AS, penjajah israel sepakat untuk menangguhkan rencana aneksasi bagian-bagian Tepi Barat terjajah.
Pemimpin-pemimpin Palestina menyebutkan kesepakatan-kesepakatan arab untuk menormalisasi hubungan dengan israel sebagai sebuah pukulan terhadap upaya mereka untuk mendirikan negara Palestina merdeka yang terdiri dari Tepi Barat, Jalur Gaza dan Al-Quds bagian timur, wilayah yang dijajah zionis israel pada perang 1967.
Dalam wawancaranya dengan kantor berita reauters, Masri mengatakan bahwa dia tidak yakin menghentikan perluasan permukiman penjajah israel di Tepi Barat adalah prioritas normalisasi negara-negara teluk arab, dan meyakini sebagian didasarkan atas kekhawatiran bersama terhadap Iran. Bashar Masri mengatakan “musuh kami (penjajah israel) ingin kami menyerah terhadap harapan kami. Jika kami menyerah mengenai itu, mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Lantas, tidak akan ada Palestina dan orang-orang Palestina disana.” (wm)