Palestina – Sebuah surat kabar penjajah israel melaporkan bahwa Sudan dan Oman menunda hubungan normalisasi dengan penjajah israel hingga pemilu presiden AS usai, seperti yang dilansir oleh laman situs middleeastmonitor.com, Sabtu (3/10/2020).
Surat kabar penjajah israel, maariv memberitakan bahwa, surat kabar Rai Al-Youm melansir bahwa 2 negara arab tidak akan menawarkan hadiah “prestius mereka” kepada Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri penjajah israel Benyamin Netanyahu, sebelum pemilu presiden AS.
Menurut Maariv, duta besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk AS, Yusuf Al-Otaiba membenarkan bahwa Sudan dan Oman tidak akan terburu-buru menuju hubungan diplomatik dengan penjajah israel.
Sementara itu, jurnalis maariv Gideon Kotz mengklaim bahwa pidato Menteri Luar Negeri Oman di Majelis Umum PBB, yang kembali menegaskan bahwa hak orang-orang Palestina untuk memiliki negara yang merdeka dengan ibukota Al-Quds bagian timur, telah meredam antusiasme penjajah israel terkait normalisasi.
Semenara itu, Wakil Kepala Negara Sudan Jenderal Mohamed Hamdan Daglo, yang lebih dikenal dengan Hemedti mengatakan kepada saluran televisi Sudan, sudan24 di Juba pada Kamis malam (1/10/2020), bahwa negaranya mencari relasi dengan penjajah israel dan tidak khawatir dengan apapun terkait hal ini.
“Kami tidak takut dengan siapapun, tetapi ini akan menjadi relasi bukan normalisasi,” tegasnya, tanpa mengeluarkan penjelasan tentang maksud dari perbedaan antara relasi dan normalisasi. “Memang benar, permasalahan Palestina penting dan kami harus berdiri bersama orang-orang Palestina,” pungkasnya. “Kami membicarakan normalisasi. Kami membicarakan tentang relasi. Hubungan ini akan kami manfaatkan. Ini akan dilakukan dengan persetujuan dan konsultasi dari semua pihak,” tegasnya. (wm)