Saat ini entitas zionis israel sedang massif melakukan kunjungan-kunjungan ke Negara-negara arab dan islam untuk menguatkan entitas mereka di dunia. Hal ini bukanlah yang pertama terjadi. Normalisasi dengan israel pada bermula pada perjanjian kamp David pada tahun 1979, yang ditandatangi oleh Presiden Mesir, Anwar Sadat. Kesepakatan ini menjadi gerbang pembuka normalisasi dengan zionis israel dikarenakan adanya hubungan diplomatik Negara arab yaitu Mesir dengan israel, yang ditandai dengan pertukaran perwakilan diplomatik antara kedua belah pihak.
Padahal pada saat itu, Liga Arab mengambil keputusan untuk memboikot israel sejak mendeklarasikan dirinya secara sepihak. Keputusan ini juga diimplementasikan dengan membangun biro boikot yang bertempat di Damaskus untuk memboikot Israel dan perusahaan-perusahaan asing yang berkaitan dengan zionis Israel.
Pada tahun 1994, Yordania juga menandatangi perjanjian damai dengan Israel yang dikenal dengan kesepakatan “Wadi ‘Araba”. Selain Negara Mesir dan Yordania, pada tahun yang sama, Mauritania juga mengakui Israel tanpa adanya wilayah Palestina terjajah di dalamnya. Setelah itu, beberapa Negara arab lainnya juga membangun kantor perwakilan di Israel dan melakukan kunjungan komersil ke Israel, seperti Tunisia, Maroko, Qatar dan Oman. Beberapa Negara tersebut berdalih langkah-langkah yang dilakukan untuk mendorong proses perdamaian antara Palestina dan Israel.
Saat intifadhoh Al-Aqsha meletus pada tahun 2000, normalisasi Negara-negara arab dengan Israel sempat terhenti. Sebagian Negara-negara tersebut menarik duta besarnya dan perwakilannya dari Israel. Setelah intifadhoh meredam dan terpilihnya Mahmud Abbas menjadi presiden otoritas Palestina serta diadakan Pertemuan Sharm Sheikh pada tahun 2005, Mesir dan Yordania kembali membangun hubungan diplomatik dengan israel. Pada bulan Maret tahun 2005, dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Liga Arab, Yordania mengajukan rancangan normalisasi dan membangun hubungan diplomatik dengan Israel. Yordania beralasan rancangan yang diajukan untuk mendorong penarikan entitas zionis Israel dari wilayah Palestina terjajah.
Pada tahun 2005, normalisasi dengan Israel selanjutnya dilakukan oleh sebagian Negara-negara teluk. Bahrain dan Kuwait menyerukan normalisasi. Selain itu, perwakilan dagang israel juga dibuka di Dubai dan pembukaan hubungan antara israel dan Libya. Normalisasi dengan Israel juga terjadi di bidang ekonomi, 4 negara menyatakan normalisasi ekonomi dengan Israel, yaitu Maroko, Libia, Qatar dan Kuwait. Normalisasi ini sebagai bentuk tanggapan terhadap kesepakatan QIZ yang berisi antara Mesir, Israel dan AS.
Kesepakatan QIZ ini memutuskan bahwa barang-barang Mesir yang disiapkan untuk dieksport ke AS harus mencakup bahan-bahan yang berasal dari israel sebesar 11% dari bahan-bahan dasarnya. Yordania terlebih dahulu menandatangi kesepakatan serupa pada tahun 1996 dan menerapkannya pada tahun 2005. Selain Mesir dan Yordania, Negara Maroko dan Bahrain juga menandatangi kesepakatan-kesepakatan serupa. Kesepakatan-kesepakatan seperti ini digunakan AS sebagai alat untuk menekan Negara-negara arab agar menerima normalisasi dengan Israel. Pakar Ekonomi, Dr Ismail Sabri mengatakan langkah ini akan memberikan dampak yang buruk terhadap ekonomi Mesir dan digunakan sebagai terobosan normalisasi di tingkat arab.
Normalisasi hubungan secara diam-diam juga dilakukan oleh Arab Saudi. Pada September 2016, seorang pensiunan Jenderal Arab Saudi pergi secara sukarela ke israel. Kepergiannya ini dimuat dalam surat kabar Arab Saudi dengan memaparkan manfaat-manfaat melakukan normalisasi dengan israel. Normalisasi rahasia ini didasarkan permasalahan perbaikan kondisi ekonomi Arab Saudi dan ancaman keamanan yang ditimbulkan oleh ekspansi Iran serta kondisi hancurnya Negara-negara disekitar Arab Saudi. Alasan lain yang diutarakan Arab Saudi untuk melakukan normalisasi dengan Israel adalah “memperbaiki kondisi Palestina melalui hubungan dengan Israel.”
Normalisasi dengan Israel tidak hanya berkaitan dengan ekonomi dan politik. Beberapa Negara teluk juga melakukan normalisasi dengan Israel dalam bidang pembelian senjata dan keamanan, serta menerima kunjungan-kunjungan resmi yang dilakukan oleh Israel. Pada Desember 2018, salah satu Negara arab Uni Emirat Arab melakukan transaksi jual beli pesawat penjelajah dengan Israel.
Tahun 2018 lalu hubungan normalisasi negara-negara arab yang belum pernah terjadi sebelumnya meningkat pesat. Perkembangan ini juga dipengaruhi proposal perdamaian Amerika “kesepakatan abad ini”. Salah satu surat kabar israel juga mengatakan bahwa normalisasi dengan negara-negara arab adalah salah satu upaya besar Israel dalam persiapan awal rencana perdamaian yang diinisiasi oleh Amerika Serikat tersebut. Alasan massifnya israel melakukan normalisasi dengan negara-negara arab yaitu sebagai “kunci” untuk menyelesaikan permasalahan Palestina.
Pada Akhir Desember 2018, Netanyahu melakukan kunjungan resmi ke Oman. Tujuan kunjungan tersebut memperluas normalisasi Israel terhadap Negara-negara teluk. Kunjungan ini menjadi perkembangan yang signifikan dalam hal normalisasi Israel dengan Negara-negara arab. Dampak dari normalisasi Negara-negara arab dengan Israel yaitu memuluskan kepentingan-kepentingan Israel terhadap Palestina, terutama “kesepakatan abad ini”, yang digunakan untuk menghilangkan permasalahan-permasalahan Palestina dan merugikan negara Palestina. Selain Politik dan Ekonomi, Normalisasi juga terjadi di dunia olah raga, perdagangan dan sector-sektor lainnya.
Sikap Masyarakat Arab terhadap Normalisasi yaitu dilancarkannya gerakan boikot terhadap Israel dan beberapa perusahaan asing-asing yang berurusan dengan Israel. Boikot Israel ini bertujan untuk
- Memperluas prinsip arab dalam mendukung Palestina pada konflik Palestina-israel.
- Mengandalkan metode boikot sebagai cara mengenalkan bahan-bahan yang diproduksi oleh Israel.
- Menghubungkan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan memadukkannya ke dalam gerakan boikot Israel.
- Membantu memburuk krisis ekonomi di Israel.
- Mempublikasikan bahaya perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang membantu zionis Israel.
Wadil Muqoddasi Thuwa, pegiat Palestina