Al-Quds – Warga Al-Quds menyatakan kemarahannya terhadap niat kepolisian penjajah israel dalam menanggapi keputusan perdana menteri israel Benyamin Netanyahu kemarin, mengenai penutupan mushola pintu Al-Rahmah di Al-Quds terjajah pasca dibuka oleh para jamaah dan Wakaf Islam pada hari Jum’at lalu setelah ditutup sejak tahun 2003 oleh israel. Warga-warga Al-Quds berjanji menggagalkan keputusan tersebut. Sementara itu, Menteri israel dan para pemukim israel terus menistai masjid suci Al-Aqsha, termasuk menangkap 21 orang Palestina di seluruh Tepi Barat terjajah.
Murobithoh Al-Aqsha, Adnan Ghaits mengatakan bahwa ancaman penutupan mushola pintu Al-Rahmah oleh kepolisian israel adalah ancaman serius dan membutuhkan keberadaan orang-orang Palestina dan orang-orang yang dapat masuk ke masjid Al-Aqsha secara terus menerus, untuk menghadapi ancaman ini yang bertujuan untuk menutup mushola tersebut. “Ancaman ini termasuk dalam upaya yang dilakukan oleh zionis israel dalam yahudisasi seluruh Masjid Al-Aqsha. Kami sebagai warga Al-Quds berpendapat semua prosedural yang dijalakan ini terhadap masjid situs-situs suci tidak akan pernah mengubah fakta bahwa Al-Quds negara Palestina, arab dan Islam. Masjid al-Aqsha dengan tempat-tempat sholatnya, halaman-halamannya, lorong-lorongnya, taman-tamannya dan sekolah-sekolahnya adalah hak milik orang-orang islam,” tambahnya.
Ghaits menyatakan bahwa perintah Netanyahu menutup mushola pintu al-Rahmah adalah ancaman serius dan kepolisian israel harus menyadari konsekuensinya. Ancaman ini akan membawa daerah ini ke arah perang agama. Ancaman ini akan gagal dalam mencegah orang-orang Palestina masuk ke masjid Al-Aqhsa dan sholat di dalam mushola Pintu al-Rahmah. Dunia dan masyarakat internasional harus menganggap ancaman Netanyahu sebagai permasalahan yang serius, lanjutnya. (wm)
Sumber : alkhaleej.ae