halopalestina.com – Ramallah. Laman situs Middle East Eye melansir artikel yang penulisnya berpendapat, bahwa Dinas Keamanan penjajah israel tidak ingin pemilu Palestina yang diumumkan oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas terlaksana, seperti yang dilansir oleh laman situs aljazeera.net, Kamis (25/2/2021). Hal tersebut dikarenakan penjajah israel ingin mengubah status quo di wilayah dan tidak memiliki tindakan-tindakan untuk mempengaruhi pemilu mendatang.
Jurnalis penjajah israel dan komentator urusan keamanan serta penulis buku “Spies melawan Armageddon”, Yossi Melman di dalam artikel yang dipublis oleh situs laman tersebut, mengatakan bahwa terdapat kekhawatiran terkait pemilu Palestina di kalangan pejabat Keamanan Strategi Militer penjajah israel dan Shin Bet, yang memantau dan menganalisa perkembangan di Tepi Barat terjajah dan Jalur Gaza.
Milmen menjelaskan bahwa penjajah israel masih mengingat trauma yang menimpa penjajah israel, ketika mengetahui kemenangan gerakan Hamas dalam pemilu Palestina pada tahun 2006. Para pengamat internasional menilai bahwa kemenangan hamas sebagai kemenangan Hamas diraih secara jujur dan adil. Dalam pemilu tersebut, gerakan Hamas mengalahkan Fatah, yang didirikan oleh mendiang Yasser Arafat. Saat ini gerakan tersebut dipimpin oleh Presiden Mahmud Abbas.
Penulis berpendapat bahwa gerakan Fatah sedang mengalami ketegangan internal dan perpecahan, serta penurunah citra di masyarakat Palestina. Sementara Hamas, memiliki tekad kuat dan persatuan yang solid, serta keterampilan organisasi yang tinggi.
Kondisi ini mirip dengan kondisi saat tahun 2006-2007. Kondisi-kondisi tersebut memberikan kemenangan pemilu Palestina dan dominasinya di Jalur Gaza. Mengutip dari mantan pejabat penjajah israel di intelejen militer penjajah israel Kolonel Michael Milstein mengatakan, bahwa pemilu Palestina lebih menimbulkan bahaya bagi penjajah israel daripada kesempatan yang dimiliki penjajah israel dan kejadian pemilu 2006 dapat terulang kembali pada pemilu Palestina yang akan datang.
Melman mengatakan, persepsi keamanan penjajah israel terkait pemilu Palestina mendatang yaitu menimbulkan ancaman bagi penjajah israel. Apabila Hamas memenangi pemilu maka akan menguatkan kepercayaan gerakan tersebut dalam melawan penjajah israel.
Penulis menunjukkan bahwa analisa intelejen militer penjajah israel dan Shin Bet telah menyiapkan scenario dimana mereka mengatakan, jika Hamas menang dalam pemilu di Tepi Barat atau kekuatannya meningkat karena pemilu tersebut, maka penjajah israel akan menggunakan taktik militer penjajah israel yang sama seperti yang digunakan oleh Gaza, seperti menembakkan roket dan memasang ranjau untuk pasukan penjajah israel dan pemukim yahudi di Tepi Barat.
Penulis menyimpulkan bahwa pendekatan yang diadopsi oleh penjajah israel terhadap pemilu Palestina mendatang didasarkan pada pemikiran “kenapa mengguncangkan perahu”?. Gagasan tersebut mengacu pada ketakutan Tel Aviv terkait dampak yang dibawa dari pemilu Palestina mendatang. Penjajah israel menyadari tidak dapat secara terbuka menolak pemilu Palestina tersebut dan tidak memiliki tindakan-tindakan yang efektif untuk mempengaruhi pemilu tersebut.
Faksi-faksi Palestina telah mencapai kesepakatan dalam akhir pertemuan yang diadakan di Mesir baru-baru ini, tentang seluruh permasalahan kontroversial terkait pemilu Palestina, berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan dalam keputusan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Pemilu Palestina akan berlangsung dalam 3 tahap. Pemilu ini akan dengan pemilu legislatif pada 22 Mei, kemudian pemilu Presiden pada 31 Juli, lalu Pemilu Dewan Nasional (di luar Palestina) pada 31 Agustus. (wm)