Makar Pertama
Telah berkata Ibnu Ishaq: ”Syaas bin Qais adalah seorang tokoh Yahudi yang sudah tua renta dan sekaligus menjadi pemimpin kekafiran. Dia sangat membenci dan mendengki orang-orang muslim. Suatu kali dia melewati beberapa orang sahabat dari suku Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul dan berbincang-bincang dalam suatu majlis. Dia menjadi meradang karena melihat kerukunan, persatuan dan keakraban di antara sesama mereka karena Islam. Padahal semasa Jahiliyah Aus dan Khazraj selalu bermusuhan.
Dia berkata sendiri: ”Para pembesar dari Bani Qailah berkumpul di negeri ini. Demi Allah, kami tidak bersama mereka kalau seandainya pembesar-pembesarnya berkumpul”. Lalu ada seorang pemuda Yahudi bersamanya, dan dia berkata:, ”Hampirilah orang-orang itu dan duduklah bersama mereka. Kemudian sebutlah kembali perang Bu’ats yang pernah mereka alami. Lantunkan juga syair-syair yang pernah mereka ucapkan secara berbalas-balasan pada saat itu!”.
Pemuda itu pun melakukan apa yang diperintahkan Syaas. Akibatnya, mereka saling berdebat dan saling membanggakan diri, hingga ada dua orang yang saling melompat kemudian adu mulut secara sengit. Salah seorang di antara keduanya berkata kepada yang lain: ”Jika memang kalian menghendaki, saat ini pula kami akan menghidupkan kembali akar peperangan di antara kita”.
Kedua belah pihak (Aus dan Khazraj) ikut terpancing, lalu masing-masing mengambil senjatanya, dan hampir saja terjadi adu fisik.
Rasulullah SAW, yang mendengar kejadian ini segera beranjak pergi beserta para sahabat dari Muhajirin dan menemui mereka. Beliau bersabda: ”Wahai semua orang muslim, Allah, Allah! Apakah masih ada seruan-seruan Jahiliyah, padahal aku ada di tengah-tengah kalian, setelah Allah menunjuki kalian untuk memeluk Islam, memuliakan kalian, memutuskan urusan Jahiliyah dari kalian, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan hati kalian dengan Islam?”
Mereka pun sadar bahwa kejadian ini merupakan bisikan setan dan tipu daya musuh mereka. Akhirnya mereka menangis, kemudian orang-orang Aus dan Khazraj saling berpelukan satu sama lainnya, lalu mereka beranjak meninggalkan tempat itu beserta Rasulullah SAW. Mereka semakin taat dan patuh kepada beliau, karena Allah telah meredam tipu daya musuh Allah, Syas bin Qais. (Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/555-556)
Di antara bentuk kedengkian mereka terhadap Islam adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibn Abbas ra, ia berkata: ”Ketika Rasulullah SAW, meraih kemenangan atas kaum Quraisy pada perang Badar. Ia mendatangi sekumpulan orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa’. Ia bersabda: ”Wahai kaum Yahudi, masuk Islam-lah kalian, sebelum kalian mengalami apa yang telah dialami oleh kaum Quraisy” Mereka berkata: ”Wahai Muhammad, janganlah kamu ditipu oleh dirimu sendiri, disebabkan karena kamu berhasil mengalahkan kaum Quraisy. Ketahuilah mereka itu adalah orang-orang yang tidak berpengalaman, mereka tidak mengetahui strategi berperang. Jika kamu memerangi kami, maka kamu akan tahu bahwa kami adalah orang yang tangguh, dan kamu belum pernah menjumpai orang yang sama seperti kami”. Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya:
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (آل عمران12) قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُوْلِي الْأَبْصَارِ (آل عمران13)
Artinya : ”Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. dan Itulah tempat yang seburuk-buruknya”. Sesungguhnya Telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang Telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati”. (QS.Ali-Imran : 12-13)
Di antara bentuk kedengkian mereka yang lainnya adalah ketika seorang penyair yang bernama Ka’ab bin Asyraf mengejek Rasulullah SAW, dan sahabatnya dengan ejekan yang meluap-luap, penuh dengan kebencian, kedengkian dan permusuhan. Ia memuji kaum kafir Quraisy dan membantu mereka hingga ia mengalami suatu kejadian. Dimana pada saat itu ia pergi ke kota Mekah dan singgah di kediaman Al Muthallib bin Ubai. Ia lalu berdebat dengan As-Sahmi, kemudian ia menyenandungkan syair duka cita terhadap saudara-saudara mereka yang tewas dalam perang Badar untuk menyalakan api fitnah, membangkitkan rasa dengki, membenarkan permusuhan, dan menambah kekufuran mereka. Lalu Abu Sufyan dan kaum musyrikin bertanya kepadanya: ”Apakah agama kami lebih kamu cintai ataukah agama Muhammad, dan manakah di antara keduanya yang merupakan jalan yang benar?” Maka lelaki terlaknat itu manjawab, ”Agama kalian adalah jalan yang paling benar”.Terhadap peristiwa di atas Allah SWT menurunkan firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنْ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنْ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا (النساء51) أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمْ اللَّهُ وَمَنْ يَلْعَنْ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا (النساء52)
Artinya :”Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut[309], dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka Itulah orang yang dikutuki Allah. barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya”. (QS.An-Nisa’ : 51-52)
Kisah kejahatan orang-orang yahudi terhadap nabi Muhammad saw dan para sahabatnya di awal-awal munculnya Islam yang disebutkan diatas tadi adalah sebagai gambaran karakter buruk mereka yang memang tidak bisa menerima hidayah. Itulah benih-benih permusuhan awal yang akan terus menyala dan membakar dan terus dihidupkan oleh para pemimpinnya sampai hari kiamat.
(bersambung…)
DR. Muqoddam Cholil, MA