Sejak disepakatinya gencatan senjata tahun 2014, israel berulang kali mengkhianati perjanjian dengan melakukan agresi militer ke Jalur Gaza. Tercatat sepanjang empat tahun terakhir, serangan yang dilancarkan israel pada pekan kedua November kemarin merupakan yang paling masif dibandingkan dengan beberapa serangan sebelumnya. Agresi tersebut dibalas dengan hujan roket oleh para pejuang Palestina ke arah permukiman ilegal israel.
Sumber Palestina menyebutkan, dalam pertempuran yang terjadi di Khan Yunis selama dua hari, Ahad-Senin, 11-12 November 2018 kemarin, tercatat korban gugur di pihak Palestina sebanyak 14 orang, sedangkan yang tewas di pihak israel sebanyak 8 orang. Sedangkan jumlah korban luka di pihak Palestina sebanyak 40 orang dan pihak israel jauh lebih banyak yaitu 95 orang.
Laporan lainnya menyebutkan, jumlah rudal yang ditembakkan jet tempur israel dalam agresinya ke Jalur Gaza kemarin sebanyak 170 buah. Sedangkan pihak pejuang Palestina menembakkan sedikitnya 480 roket yang ke permukiman israel yang berdekatan dengan Jalur Gaza. Perang akhirnya berhenti setelah disepakatinya gencatan senjata melalui mediasi pemerintah Mesir atas permintaan penjajah israel.
Gagalnya Operasi Israel
Kejadian ini bermula dari segerombolan pasukan elit israel yang menyamar dengan menggunakan kendaraan sipil menyusup ke wilayah Jalur Gaza. Sumber israel mengatakan misi ini bertujuan untuk mencuri dokumen untuk digunakan sebagai “kartu As” israel di hadapan pejuang Palestina, agar mau membebaskan tentara israel yang ditawan.
Tapi operasi mereka ini berakhir gagal, setelah para pejuang Palestina mengetahui upaya penyusupan tersebut. Di bawah seorang komandan bernama Nuruddin Muhammad Barakah, mobil sipil berisi dua perwira israel itu dikepung hingga berujung kepada bentorkan senjata. Seorang perwira israel tewas dalam sergapan pejuang Palestina dan beberapa tentara lainnya terluka.
Merasa terpojok dengan serangan pejuang Palestina, akhirnya israel mengirimkan jet tempurnya untuk membebaskan tentaranya yang terkepung. Puluhan rudal ditembakkan israel ke arah pejuang Palestina untuk mengamankan tentaranya, hingga menyebabkan 7 orang pejuang Palestina gugur di medan pertempuran.
Ada beberapa hal yang menarik untuk diamati dalam agresi singkat israel ini. Pertama, beberapa jam sebelum penyerang terjadi, Benjamin Netanyahu sudah memberikan isyarat, bahwa perang terhadap Jalur Gaza semakin dekat, ia bahkan menyebut selangkah lagi perang itu kembali meletus. Dengan kata lain, agresi yang dilancarkan merupakan bagian dari agenda mereka, namun baru sekali melangkah ternyata israel sudah kewalahan dan mengusulkan gencatan senjata diberlakukan kembali.
Kedua, aksi penyusupan yang dilakukan oleh satuan khusus israel ternyata terbaca oleh pejuang Palestina. Kondisi ini menunjukkan bahwa para pejuang Palestina selalu dalam kondisi siap siaga. Terbukti operasi ini sukses digagalkan, yang berkibat jatuhnya mental penjajah israel sehingga terpaksa berfikir ulang untuk melakukan infiltrasi serupa.
Ketiga, selang beberapa jam setelah gencatan senjata kembali disepakati, secara tiba-tiba menteri perang israel, Avigdor Lieberman menyatakan pengunduran dirinya dari kabinet Benjamin Netanyahu. Mundurnya Lieberman bersamaan dengan meluasnya protes pemukim israel kepada pemerintah karena perang dihentikan, kondisi ini menjadi bukti zionis israel telah kalah sebelum berperang.
Perlu diingat, Jalur Gaza dan zionis israel dalam kondisi gencatan senjata. Artinya, akan ada pertempuran yang lebih masif lagi dalam waktu yang tak ditentukan. Tapi setidaknya, sikap cekatan yang dilakukan pejuang Palestina untuk mencegah infiltrasi musuh ke Gaza merupakan bukti kesiapan untuk bertempur kapan saja, demi mendapatkan kemerdekaan dan terbebasnya al-Aqsha dari tangan penjajah.
Oleh : Muhammad Syarief