Sekitar 20 tahun yang lalu, Perlawanan Palestina menembakkan satu roket ke penjajah israel. Itu disebut ‘Qassam1’. Upaya membalas Israel, setelah puluhan tahun dominasi militer penjajah israel sepenuhnya, yang menimbulkan dampak luar biasa.
Jangkauan rudal itu tidak melebihi 3 kilometer. Hampir dua dekade kemudian, tepatnya pada Mei 2021, sebuah roket bernama ‘Ayash250’ telah melakukan hal yang tidak terduga.
‘Ayash250’ berhasil menghantam bandara Ramon dekat perbatasan penjajah israel dengan Yordania, 220 kilometer dari Gaza. Para pemimpin penjajah israel memahami bahwa aturan permainan telah berubah.
‘Ayash250’ milik gudang senjata yang dimiliki oleh gerakan Perlawanan Hamas di Gaza. Bersama dengan Brigade Al-Quds Jihad Islam, sayap militer Hamas, Al Qassam, diperkirakan memiliki 14.000 roket. Angka ini, yang diberitakan oleh media Palestina dan Arab, tentu saja tidak dapat diverifikasi, karena Perlawanan sangat protektif terhadap informasi apa pun terkait kemampuannya.
Yang lebih penting dari jumlah sebenarnya adalah jangkauan dan ukuran roket tersebut.
Kemajuan pengembangan kemampuan Perlawanan di Gaza mencengangkan dengan standar apapun. Bagaimanapun, Gaza telah berada di bawah pengepungan Israel-Mesir sejak 2006-07. Tidak ada yang menyangka, bahkan ahli strategi penjajah israel yang paling pesimis sekalipun, bahwa pengepungan seperti ini tidak menjadi penghalang orang-orang Palestina dalam upaya mereka untuk terus melawan.
Setiap pengunjung ke Gaza akan segera memahami mengapa Jalur Gaza yang terkepung disebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia. Drone militer penjajah israel tidak pernah berhenti berdengung di langit selama satu detik. Angkatan laut Israel menandai cakrawala Gaza, menodai apa yang seharusnya menjadi pemandangan indah Mediterania.
Dan tentu saja, markas militer yang ada, bersama dengan ratusan penembak jitu, mengelilingi semua wilayah yang memisahkan Gaza dari penjajah israel.
Namun, entah bagaimana, perlawanan berhasil mengembangkan roket-roket ini.
Antara ‘Qassam1’ dan ‘Ayash250’, banyak yang telah terjadi. Kisaran roket Palestina telah meningkat dari 3 kilometer (Qassam1) menjadi 15-17 (Qassam3), hingga jangkauan 160 kilometer (R160) dalam perang 2014; dan akhirnya, ke ‘Ayash 250’.
Setiap langkah, orang-orang Israel mengawasi
Banyaknya pembunuhan yang dilakukan terhadap para pemimpin Perlawanan Palestina di Gaza kebanyakan ditujukan kepada mereka yang mengembangkan teknologi rudal ini. Dan setiap kali seorang komandan Palestina terbunuh, penjajah israel akan merayakan keberhasilannya. beranggapan telah memperlambat evolusi Perlawanan. Namun, entah bagaimana, setiap saat, Perlawanan semakin kuat.
Jadi, penjajah israel telah berupaya mengisolasi kelompok-kelompok tertentu di Gaza, agar tidak mengundang murka Perlawanan sekaligus. Itu telah berhasil dilakukan pada tahun 2019, ketika menargetkan Jihad Islam saja. Hamas tidak menanggapi karena alasan taktisnya sendiri. Penjajah israel memahami ini sebagai kemenangan.
Kemenangan itu, bagaimanapun, berumur pendek, karena perang penjajah israel saat ini di Gaza, yang dimulai pada Selasa dini hari, 9 Mei, juga dimaksudkan untuk mengisolasi Jihad Islam. Tanggapan Palestina tampak lebih strategis daripada sebelumnya. Setelah 36 jam menunggu, menyusul terbunuhnya tiga pemimpin Jihad Islam dan keluarga mereka, Perlawanan Palestina menjawab, serentak, dengan ratusan roket, dengan jangkauan yang sejauh ini mencapai 60 kilometer.
Meskipun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant berbicara tentang upaya serangan balasan penjajah israel, fakta di lapangan berbicara tentang sesuatu yang sama sekali berbeda.
Sebagian besar penduduk penjajah israel di Selatan saat ini bersembunyi di tempat perlindungan yang dibentengi. Sebagian besar ekonomi penjajah israel terhenti. Bahkan para menteri penjajah israel tertangkap kamera berlari panik untuk bersembunyi di ruang bawah tanah saat roket Perlawanan terlihat di mana-mana.
Tentu saja banyak warga Palestina yang tewas, namun sayangnya hal ini menjadi rutinitas perang penjajah israel yang jarang membedakan antara komandan militer dan anak berusia 5 tahun, seperti Tamim Daoud.
Tentu saja, Netanyahu akan mencoba mengaungkan prestasinya. Sekutu sayap kanannya juga kemungkinan besar akan mengambil putaran kemenangan. Tapi semua bukti di lapangan menunjukkan bahwa Perlawanan Gaza tidak terkalahkan. Sebaliknya, kemungkinan akan berkembang dalam beberapa bulan dan tahun mendatang, meninggalkan penjajah israel dengan hanya dua pilihan: melanjutkan perang bermotivasi politik atau memahami bahwa Perlawanan Palestina hanya akan berakhir ketika Palestina akhirnya bebas.