Penjajahan Palestina oleh Zionis Israel sangat berbeda dengan penjajahan pada umumnya berkali-kali lipat perbedaannya. Baik penjajahan yang dilakukan oleh Amerika terhadap bumi Afghanistan, Chechnya oleh Rusia, Libya oleh Italia, atau Indonesia oleh Jepang dan Belanda. Walaupun kita tidak memandang bahwa penjajahan yang mereka lakukan itu ringan dan biasa. Tetapi kita ingin mengatakan bahwa apa yang terjadi di Palestina adalah sebuah penjajahan yang sangat berbeda dengan penjajahan di belahan bumi manapun di dunia ini.
Penjajahan yang terjadi di Palestina adalah Ihtilaal Syu’ub (penjajahan bangsa) tidak semata-mata Ihtilal Juyush (penjajahan militer). Faktanya membuktikan penjajahan bumi Palestina oleh Zionis Israel adalah Ihtilaal Istiithaaniy Ihlaaliy, penjajahan dan pendudukan disertai pengusiran serta pembantaian besar-besaran terhadap penduduknya. Bukan semata-mata agresi dan penjajahan militer.
Dalam sejarah agresi dan penjajahan militer hanya berambisi mendapatkan kekayaan alamnya, kemudian mereka akan berlalu pergi meninggalkan negara tersebut. Tetapi Zionis Israel tidak hanya berambisi menguasai kekayaan dan aset negaranya, tetapi juga membantai dan mengusir penduduk negara tersebut kemudian menempatinya.
Oleh sebab itu sejak awal sampai sekarang Zionis Israel menolak dan menentang Hak Kembali para pengungsi Palestina ketika terjadi perang sehingga pada akhirnya jumlah penduduk Zionis Israel semakin hari semakin bertambah dan akhirnya lebih banyak dari penduduk Palestina. Ini sama persis seperti yang terjadi di bumi Andalusia yang pada hari ini telah menjadi Portugal dan Spanyol.
Padahal umat Islam telah menempati bumi Andalusia selama 800 tahun berturut-turut. Inilah yang kita kenal dengan politik Ethnic Cleansing atau Moslem Cleansing. Bahwa penjajah kala itu tidak hanya mengeruk kekayaan alamnya, tapi juga mengusir dan membantai rakyatnya serta mengambil alih negerinya. Hari ini genap 500 tahun bumi Andalusia terlepas dari pangkuan umat Islam.
Lalu apakah kita juga akan merelakan bumi Palestina menjadi Andalusia kedua?
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A