Pada 5 Januari 1996, seorang insinyur yang juga ahli bom dari anak kandung jihad dan perlawanan Palestina, ikut meramaikan barisan kafilah syuhada di tanah suci para nabi, Palestina. Muhandis (insinyur) Yahya Ayyasy, dialah yang mendirikan madrasah jihad untuk menggebleng istisyhadiyun (para pelaku syahid), gugur dalam sebuah pembunuhan keji terencana dari rezim teroris Israel.
Ketika seorang yang bijak dan jujur akan menulis tentang sejarah Palestina, baik tentang sejarah perjuangan rakyatnya ataupun konflik yang ada di dalamnya, semua pasti akan memposisikan Yahya Ayyasy, atau yang lebih dikenal semasa hidupnya dengan sebutan “Sang Insinyur” sebagai sosok yang sangat menonjol. terlebih setelah membaca tentang perjuangan dan jihadnya dalam membela agama Allah dan negeri Palestina tercinta. Sampai akhirnya ia gugur fi sabilillah demi membela tanah dan bangsa Palestina. Ia rela melakukan semua itu berdasarkan permahamannnya yang begitu mendalam tentang konflik yang terjadi di negeri ini, tanah suci Palestina.
Sejak pertama kali memegang setir kendaraan yang dipenuhi oleh alat peledak, sebagai persembahan untuk rakyat Palestina dan wujud perlawanan total terhadap penjajah Israel yang tidak faham memahami bahasa kecuali rentetan kekerasan demi kekerasan, Yahya Ayyasy telah menyadari apa yang akan menimpa dirinya. Sampai-sampai seluruh komandan (seniornya) merasa kehabisan cara untuk menasehati Yahya Ayyasy, dan akhirnya mereka mengakui seraya berkata, “Apa yang bisa kita lakukan untuk melarang seorang pemuda yang memang rindu dan menghendaki kematian?”
“Sang Insinyur”, itulah lambang legenda hakiki perjuangan rakyat Palestina. Sosok mujahid yang telah mampu membunuh rasa prustasi dalam dada rakyat Palestina. Dengan aksinya, dia mampu mereformasi semangat juang seluruh pemuda dan pejuang Palestina. Mampu mengembalikan ruh jihad dalam kehidupan seluruh rakyat yang sedang berjuang dan melakukan perlawanan terhadap penjajah Israel di tanah suci Palestina. Perjuangannya akan selalu ditulis oleh tinta emas, sebuah legenda yang mengisahkan keteguhan seorang pejuang sejati dalam berjihad dalam kondisi sulit sekalipun.
Kisah tentang sosok “Sang Insinyur” itu telah masyhur dan sangat terkenal, rasa cinta dan kagum akan selalu tertanam kuat dalam hati teman seperjuangannya. Namannya akan selalu mengiang di telinga setiap orang, akan menghiasi lisan dan bibir setiap manusia yang mengerti sebuah arti perjuangan. Keteguhan dan perjuangannya akan selalu diingat oleh ratusan ribu, bahkan jutaan, orang Islam ketika mereka diterpa berbagai konflik yang terus menerpa bagaikan air bah, ketika ditimpa rasa sakitnya penyiksaan, paksaan dan panjajahan yang tak henti-hentinya menggelayuti langit biru tempat mereka berteduh dari sengatan matahari.
Muhandis Yahya Ayyasy, dikenal memiliki keberanian yang membuat musuh-musuhnya tak berdaya, dikenal memiliki keteguhan yang membuat rakyat Palestina tegar dalam perjuangan. Ia dikenal sebagai ahli strategi, itu ia gunakan untuk membuat balancing kekuatan dan daya perjuangan bangsa Palestina yang hampir pupus di hadapan kekuatan militer Israel yang canggih dan modern. Ia tranfer system perjuangan dari medan peperangan berskup kecil dan terbatas ke medan perang yang luas dan mencakup seluruh penjuru Palestina. dengan strategi itu, peperangan yang tadinya terjadi antara aktifis Palestina melawan Israel menjadi sebuah palagan yang menghadapkan antara musuh yang takut mati (Israel) dengan pejuang perlawanan rakyat Palestina yang merindukan kematian, demi menggapai kemerdekaan.
Selain itu, ia juga mampu memperkenalkan “rasa” menjadi seorang pejuang sejati kepada rakyat Palestina ketika berada dalam tingkat hamasah (semangat) yang tinggi. Dengan kemampuan seperti itu, Yahya Ayyasy seakan menyendiri dalam perjuangan mengembalikan hamasah (semangat) juang rakyat Palestina yang hampir pupus ditelan kegetiran berhadapan dengan kekuatan militer super canggih. Ia tegaskan di hadapan rakyatnya, bahwa bangsa Palestina masih pantas hidup sehingga tidak layak menggali kuburan sendiri dengan rasa frustasi itu, bahwa frustasi tidak lebih dari sekadar abu yang membuat samar pandangan dan menutupi bara api yang membara di dada bangsa Palestina sendiri.
Dalam usiaya yang realtif pendek, ia telah mampu berbuat banyak bagi bangsa dan rakyat Palestina yang hampir kehilangan rasa perjuangan. Sejak awal terjun ke medan jihad, Yahya Ayyasy sudah sangat mafhum akan kondisi real bangsa Palestina yang lemah dan terkungkung oleh kekuatan raksasa Israel, musuh yang menggunakan kekuatan senjata militer sebagai tameng utama dan kecanggihan intelejen berlapis dalam menghancurkan kekuatan dan potensi perlawanan rakya Palestina yang terjajah. Melihat kondisi seperti itu, sementara waktu sangat mendesak, maka ia persembahkan hidupnya untuk membela kepentingan agama dan bangsanya. Segera ia bangun kembali pundi-pundi kekuatan bangsa Palestina yang seperti hidup dalam “kesendirian” dan “kesunyian” selama beberapa kurun waktu, yang telah memunculkan image bahwa perjuangan itu hanyalah khayalan yang tidak akan menguntungkan mereka, serta tidak akan mengembalikan kemerdekaan mereka yang sudah terampas.
Sejatinya “pribadi yang istimewa” ini kalau melihat pengorbanan, semangat dan kecepatannya melakukan gerakan pembaharuan, sangat berhak untuk mendapatkan penghargaan dari kita semua. Minimal dengan mengkaji lebih mendalam tentang kisah kehidupannya, mengkaji keistimewaan dan kejeniusannya dalam meneruskan perjuangan bangsanya, mengemban risalah jihad fi sabilillah dengan mengorbankan jiwa dan raganya demi menggapai cita-cita kemerdekaan bangsa dan rakyatnya.
Yahya Ayyasy, seorang pemuda yang sangat sederhana. Bahkan terkesan kampungan. Bagi orang biasa pada umumnya yang menyandang gelar sarjana bidang arsitektur, seperti yang ia miliki, pasti lebih mengutamakan mencari pekerjaan di sebuah perusahaan bonafid di luar negeri. Jelas akan memperoleh gaji yang sangat menjajikan. Namun, tidak demikian halnya dengan pahlawan kita ini. Ia justru melupakan kenikmatan duniawi dan fatamorgana itu. Ia lebih memilih jalan jihad dan muqowamah (perlawanan) untuk membela tanah air tercinta. Hal inilah yang memang sesuai dengan jalan pikiran dan perasaan batinnya. Itu ia buktikan dengan kemampuannya merealisasikan seluruh cita-citanya dalam bentuk sebuah aksi perlawanan total terhadap penjajah Israel.
Yang dicatat dalam perjalanan sejarah bukanlah cita-cita Ir. Yahya Ayyasy, walaupun pada akhirnya sejarah selalu mencatat semua pahlawannya. Pun ia bukanlah bintang bersinar yang sedang mencari popularitas, walaupun pada realitanya manusia selalu mengagumi pahlawan mereka, dengan mengingat dan menyanjungnya. Semua orang akan selalu mengingat kegagahan pahlawan yang mampu mengubah warna kehidupan rakyatnya. Bahkan lebih jauh dari itu, mampu meninggikan Islam dan kalimat Allah SWT. Itu semua karena memang dalam faktanya, para pejuang, komandan dan pahlawan Hamas bukanlah pejuang yang lahir secara “kebetulan”. Bukan pula pejuang yang lahir menumpang sebuah moment penting. Tetapi mereka adalah pejuang sejati yang lahir dari kesigapan dan kesiapan mental dan intelektual untuk melaksanakan tugas mereka sebagai pahlawan, yang berjuang melawan musuh bersama terbitnya matahari.
(2)
“Kami sudah melepaskan semua status Yahya Ayyasy tanpa kami tinggalkan sedikitpun dalam hati kami, sejak ia menjadi orang nomor satu yang kalian buru. Sesungguhnya Yahya Ayyasy bukan lagi anakku, melainkan ia sudah menjadi anak kandung Brigade Izzuddin al Qassam. Maka carilah di sana kalau kalian berani.” (Ibunda Sang Muhandis)
Perjalanan Kehidupan Sang Muhandis
Di sudut kota Rafat, pada tanggal 6 Maret 1966 M, lahir seorang bayi yang kemudian diberi nama Yahya Abdullathif Sathi Ayyasy. Ayyasy kecil tumbuh di pangkuan keluarga yang patuh beragama (multazim), sehingga ia melewati masa kecilnya dengan penuh ketenangan dan kasih sayang, ia pun dikenal sebagai anak yang sopan dan kalem. Sampai-sampai salah seorang pamannya pernah mengatakan, “Anak ini sangat kalem sekali, tidak terlalu suka bergaul dengan anak-anak sebayanya, dia agak tertutup.”
Ketika Ayyasy kecil mulai tumbuh besar dan usianya genap 6 tahun, ia masuk sekolah dasar di kampung halamannya hingga sekolah menengah. Di sekolah, semua guru sangat kagum dengan kejeniusan Ayyasy kecil, ia sangat lain dari teman-teman sekelasnya. Ketika masih kelas satu, ia tidak hanya mampu menguasai pelajaran kelas satu saja, namun juga mampu menguasai pelajaran kelas dua.
Ayyasy berhasil menyelesaikan studinya di tingkat SMU di Badya pada tahun 1984 dengan nilai komulatif 92,8%. Selepas lulus SMU, Ayyasy masuk melanjutkan di Universitas Beir Zeit fakultas Teknik Kelistrikan. Ia termasuk mahasiswa yang paling aktif di fakultasnya, banyak berpartisipasi dalam gerakan Islam. Ia juga sering aktif terlibat dalam bentrokan langsung atau tidak langsung, baik dengan sesama mahasiswa ataupun dengan pihak keamanan Israel.
Ayyasy lulus dari Universitas Beir Zeit pada tahun 1991 dengan nilai cumlaoude. Selanjutnya ia menikah dengan anak bibinya pada tanggal 9 September 1992 M. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniahi anak pertama bernama Barra yang lahir pada tanggal 1 Januari 1993. Ketika itu Ayyasy berada dalam pengasingan. Dua hari sebelum ia gugur syahid, anak keduanya lahir diberi nama Abdullathif dengan mengambil nama kakeknya. Namun ketika ia syahid dan dibawa kerumahnya, anak keduanya itu akhirnya diberi nama Yahya.
Syeikhul Ikhwan di Rafat
Muhandis Yahya Ayyasy telah bergabung dengan Ikhwan Muslimin selepas lulus dari SMU. Setelah dibaiat pada tahun 1985, ia dikenal sebagai prajurit (jundi) yang sangat patuh, meski statusnya masih sebagai anggota biasa Ikhwan Muslimin, di sebuah kelompok Ikhwan di kota Ramallah. Dalam kelompoknya, Sang Muhandis dikenal sebagai pekerja keras dan ulet dengan setumpuk tugas dakwah, baik di dalam kampus ataupun di kota Ramallah dan kampungnya sendiri, Rafat.
Ia bahkan menggunakan kendaraan orang tuannya yang dibeli khusus untuk membantu memperlancar aktifitas gerakan Hamas di Rafat. Ketika memulai aktifitas dakwah di Rafat, yang pertama ia lakukan adalah melakukan konsolidasi dan pemantapan pondasi-pondasi bagi kader dakwah. Mereka terdiri dari pemuda-pemuda potensial dan teman-teman kampung halamannya. Mereka bergerak dalam sebuah wadah yang terorganisasi rapi. Sampai terbentuk sebuah wadah yang pasti bagi kaderisasi dakwah di Rafat. Ketika Gerakan Perlawanan Islam Hamas membidani lahirnya Intifadhoh pertama, perkumpulan yang dibentuk Sang Muhandis menjadi ujung tombak Intifadhoh. Bahkan bisa dikatakan sebagai kelompok andalan dalam perlawanan Intifadhoh Palestina.
Selain mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam mengembangkan dakwah di Rafat, sifat bijak, akhlaq dan kesopanan Sang Muhandis membuat rakyat Palestina menggelarinya “Syeikhul Ikhwan di Rafat”. Karena, senyatanya dari tahun 1988 sampai tahun 1992 setiap masalah, konflik dan permasalahan yang muncul di daerah itu selalu dirujukkan kepada Sang Muhandis, Yahya Ayyasy.
Anak Kandung Brigade Izzuddin al Qassam
Sebenarnya, Yahya Ayyasy mulai aktif berperan dalam aktifitas yang bersifat militer pada saat Intifadhoh yang pertama meletus, khususnya pada tahun 1990-1991. Saat itu ia berhasil mendapatkan solusi tepat ketika Hamas kesulitan mendapatkan bahan peledak. Ia berhasil membuat bahan peledak sendiri dari bahan-bahan kimia dasar yang banyak terdapat di warung-warung obat, apotik dan klinik umum. Ketika bahan peledak sudah siap maka operasi bom syahadah berarti 75 persen sudah siap, tinggal mendapatkan kendaraan yang akan diisi penuh oleh bahan peledak, dan juga tombol kendalinya. Setelah upaya ini dirasa telah sukses, episode selanjutnya adalah drama kucing-kucingan dan adu strategi antara Sang Muhandis dan militer Israel.
Bermula ketika militer Israel secara kebetulan menemukan mobil yang dipenuhi bahan peledak yang siap untuk dioperasikan. Setelah menangkap beberapa orang dan melakukan intograsi ketat, akhirnya agen Syabak (Dinas Intelijen Dalam Negeri Israel) dari militer Israel untuk pertama kalinya memasukan nama Yahya Ayyasy dalam daftar orang-orang yang diburu pihak keamanan Israel.
Pada tanggal 25 April 1993, Sang Muhandis memutuskan kabur dari rumahnya. Itu dilakukan setelah semakin keras upaya penangkapan oleh pihak militer Israel atas dirinya. Prediksi Yahya Ayyasy memang sangat tepat, karena pada sore harinya, satu kekuatan besar militer Israel mendatangi rumahnya dan melakukan penggeledahan sampai memeriksa ruang bawah rumah tersebut. Ketika tidak berhasil menemukan Sang Muhandis, militer Israel dengan biadab menghancurkan sebagian harta milik pribadi Yahya Ayyasy. Sejak saat itu, Yahya Ayyasy memulai kehidupan baru. Ia hidup dalam pelarian dan pengasingan untuk melangsungkan jihad dan perlawanan terhadap penjajah Israel.
Karena tidak berhasil menemukan Yahya Ayyasy, salah seorang perwira agen Syabak yang ikut serta dalam aksi tersebut mengambil photo Jawwad Abu Salmiyah, salah satu teman akrab Yahya Ayyasy yang sudah syahid. Yahya Ayyasy memang selalu menyimpan dan menjaga photo temannya itu dengan sangat hati-hati. Setelah mendapatkan photo temannya perwira israel tadi lantas menghampiri bapak Sang Muhandis seraya berkata penuh ancaman, “Katakan kepada anakmu, Yahya Ayyasy! Ia harus menyerahkan diri, atau kalau tidak maka kami akan menghancurkan rumah kalian di depan mata kalian sendiri.”
Sejak saat itu ancaman dan terror terus ditebar oleh militer Israel, khususnya dari kesatuan intelejen Syabak kepada keluarga Sang Muhandis dan seluruh penduduk kampung tempat tinggalnya. Strategi ini dilakukan untuk menjatuhkan mental warga kampung Rafat dan keluarga Sang Muhandis, agar mau memberitahukan tempat dan keberadaannya. Strategi ini pun diharapkan dapat memaksa Yahya Ayyasy mundur dari kancah jihad dan perjuangan, karena khawatir terhadap keluarganya. Namuan ternyata prediksi militer israel kali ini salah total, strategi mereka tidak ampuh membuat warga kampung dan juga keluarga Yahya Ayyasy gentar dan takut. Malah sebaliknya, mampu meyakinkan warga kampung Rafat dan bahkan seluruh rakyat Palestina untuk tidak gentar melakukan perlawanan dan jihad fi sabilillah, sebagai upaya untuk mendapatkan kembali kemerdekaan yang dirampas Israel. Kesemangatan semacam itu telah mengembalikan rasa percaya diri rakyat Palestina untuk terus berjuang.
Selama hampir tiga tahun lebih, kiprah jihad Sang Muhandis telah mengalirkan madu perjuangan bagi bangsa Palestina dan menambatkan buah racun di tubuh zionis Israel. Mereka salah total dalam menggunakan strategi pencarian Yahya Ayyasy. Mereka selalu mengalami kegagalan demi kegagalan, hari demi hari. Kebanggaan mereka terhadap badan intelejen sekaliber Syabak mulai terkikis, mulai meragukan eksistensi Syabak bahkan seluruh kesatuan militer Israel. Bahkan mereka sempat mendapat malu yang sangat, ketika pada suatu hari mengadakan penggeledahan di rumah Yahya Ayyasy, setelah aksi bom bunuh diri Sholih Shawi di Tel Aviv, dan menekan keluarganya dengan mengancam ibunda Yahya Ayyasy. Namun yang dia dapati adalah hal di luar dugaan, dengan bangga dan penuh percaya diri ibunda Sang Muhandis berkata, “Kami sudah melepaskan semua status Yahya Ayyasy tanpa kami tinggalkan sedikitpun dalam hati kami, sejak ia menjadi orang nomor satu yang kalian buru. Sesungguhnya Yahya Ayyasy bukan lagi anakku, melainkan ia sudah menjadi anak kandung Brigade Izzuddin al Qassam. Maka carilah di sana kalau kalian berani.” Dan ternyata, perkataan ibunda Sang Muhandis ini sempat menjadi berita besar koran ternama Israel, Yedeot Aharonot.
(3)
“Aku bernadzar kepada Allah bahwa diriku adalah untuk Allah, kemudian untuk agama Islam. Maka tidak ada pilihan bagiku kecuali kemenangan atau mati syahid, karena perang melawan Israel itu harus terus berlanjut sampai semua orang Yahudi keluar dari setiap jengkal tanah Palestina.”
(Muhandis Yahya Ayyasy)
Memetik Pelajaran dari Sang Muhandis
Dasar Akidah dan Iman
Kondisi bi’ah (lingkungan) tempat seseorang tumbuh dan berkembang berkembang yang dipenuhi dengan nuansa keagamaan dan akidah yang kuat, punya pengaruh sangat signifikan dalam membentuk jiwa seseorang yang siap rela mengorbankan diri, jiwa dan hartanya untuk berjihad di jalan Allah. Dengan bi’ah seperti itu, maka jiwa seseorang akan memiliki pondasi iman yang kokoh dan kuat yang menjalar dalam seluruh tubuhnya, akan tumbuh subur dalam jiwanya sikap dan sifat terpuji seperti keikhlasan, kejujuran, tawakkal dan budi pekerti luhur. Itulah bekal utama seseorang yang ingin mendapatkan syahid fi sabilillah dan keteladanan yang dicatat oleh sejarah.
Meskipun Yahya Ayyasy telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, ia sudah menorehkan keberhasilannya untuk sampai dipuncak perjuangan dan kemenangan dalam jalan kehidupannya yang abadi. Meski begitu, sesungguhnya kita mempunyai kewajiban lain terhadap kisah perjalanannya, yaitu dengan mengikuti jejak jihadnya yang didasari oleh keimanan yang kokoh dan keteguhan hati yang matang. Kita juga harus mengikuti jejak kehidupannya yang dipenuhi dengan pelbagai pelajaran berharga yang sangat mudah bagi kita untuk mengikutinya. Juga mengikuti jejak pejuang besar nan abadi di tanah Palestina, dengan meneruskan jejak perjuangannya. Keberadaan Yahya Ayyasy mengindikasikan bahwa umat ini masih mampu mengeluarkan “produk” yang unggul, menghasilkan seorang pejuang yang bisa menyinarkan secercah cahaya sebagai penunjuk jalan bagi masa depan umat Islam. Dengan pondasi akidah dan iman yang kokoh, umat Islam bisa melahirkan pejuang yang besar sekelas Yahya Ayyasy yang bisa dijadikan sebagai sinar penunjuk kepada jalan kebenaran yang bisa diikuti oleh segenap umat Islam.
Penjelasan berikut menegaskan tentang syakhshiyah (kepribadian) Sang Muhandis. Pertama, gabungan sikap wara’ dan takwa dengan kesucian ruhiyah dan kesederhanaan jiwa tertanam menyatu dalam kepribadian Sang Muhandis. Seorang Pemuda yang begitu ta’at kepada perintah Allah SWT dengan melakukan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketaatan itu bisa terlihat dari kabiasaannya membaca Al Qur-an yang dilakukan secara rutin dan kontinyu, serta berusaha untuk menghafal dan menghayatinya. Dari kebiasaan menghayati Al Qur-an itulah muncul sebuah tekad dan kemauan yang kuat dan tanpa ragu untuk terus berjalan di atas jalan jihad fi sabilillah, walaupun kekuatan musuh terus menghadang.
Kedua, Muhandis Yahya Ayyasy adalah seorang sosok pribadi dan gaul. Ia selalu bersemangat dalam hidupnya, selalu mengunjungi teman-temannya, bersilaturahmi dengan seluruh koleganya. Juga dikenal sebagai pribadi yang mencintai dan menyayangi sesamanya. Dalam kesehariannya, Yahya Ayyasy sangat dikenal dengan sikap tanggung jawabnya dengan melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban yang dibebankan di pundaknya. Itu bukan berarti Ayyasy adalah orang yang suci, namun ia hanya berusaha untuk menjauhi suasana lingkungan yang sudah terkontaminasi oleh “virus” budaya yang terkena polusi.
BERSAMBUNG