Palestina – Sebuah laporan dari zionis israel mengatakan, “Otoritas Palestina dan zionis israel menghadapi virus corona sebagai musuh bersama. Menurut data kesehatan, jumlah warga Palestina yang terinfeksi baik di Tepi Barat maupun Jalur Gaza masih rendah, namun warga Palestina takut akan penularan infeksi dari permukiman ilegal zionis israel ke daerah mereka, kantor berita arabi21.com melaporkan, Senin (30/3/2020). Sementara Asosiasi Dokter untuk Hak Asasi Manusia di israel meminta agar zionis israel bertanggung jawab kepada warga Palestina atas dua kondisi, politik dan moral.
Omer Sharbit menulis laporannya di situs “Times of israel” yang diterjemahkan oleh “Arabi21” mengatakan bahwa, “Penyebaran wabah corona di Jalur Gaza akan menjadi bencana besar yang membuat pentingnya kesehatan harus berada diatas keamanan, karena virus tidak akan bisa dihentikan oleh pos penjagaan militer maupun perbatasan geografi. Dengan demikian kondisi tersebut menjadikan Otoritas Palestina dan Pemerintah zionis israel menghadapi tantangan bersama, jika kerjasama ini terjalin akan menjadi sebuah kerjasama yang belum pernah dicapai sebelumnya oleh utusan PBB untuk timur tengah, Nikolai Miladinov.”
Dia menekankan bahwa, “Para dokter di Palestina telah menerima laporan berkala tentang perkembangan penyebaran virus ini di zionis israel, Kedua belah pihak telah bersepakat untuk menghentikan aktivitas masuknya pekerja Palestina ke zionis israel dan begitupun sebaliknya. Otoritas Palestina telah memberlakukan penutupan total di kota-kota Palestina. Ini menunjukkan bahwa corona telah menjadi masalah kedua belah pihak dan tidak ada pihak lain.”
Dia menunjukkan bahwa, “Biasanya warga zionis israel takut akan resiko yang mereka hadapi dari warga Palestina, namun sebaliknya kali ini warga Palestina yang takut akan penularan virus corona dari warga zionis israel. Sementara itu Kementerian Kesehatan Palestina telah menegaskan bahwa yang paling berisko terinfeksi adalah para pekerja Palestina yang bekerja di zionis israel dan warga di Tepi Barat.”
Dia menambahkan bahwa, “Walaupun terdapat tim medis yang berjaga di pos pengamanan Palestina dan pintu perbatasan menuju zionis israel, namun masih ada pasar gelap yang menyelundupkan pekerja ke zionis israel secara ilegal, karena para pekerja setiap harinya mendapatkan 250 shekel sebagai upah mereka, akan tetapi hari ini mereka mendapatkan 500 shekel setiap harinya karena zionis israel kekurangan pekerja, maka dilipatgandakan upahnya oleh pemerintah zionis israel.”
Dia menambahkan juga bahwa, “Untuk meredakan ketakutan dari puluhan ribu pekerja yang pulang setiap hari dari zionis israel dilakukan pemeriksaan medis secara cepat. Namun masalahnya adalah keterbatasan alat medis sehingga dalam beberapa hari terakhir dari 60.000 pekerja hanya ratusan pekerja yang bisa kami periksa kesehatannya.”
Laporan itu juga membicarakan tentang kondisi di Jalur Gaza, “Saat ini perhatian pihak berwenang di Gaza telah bergeser ke arah kekhawatiran akan krisis kesehatan, aksi protes di perbatasan telah dihentikan begitu juga dengan peluncuran roket.”
Dia menjelaskan bahwa, “Jalur Gaza memiliki 13 Pusat Kesehatan berkapasitas 70 ranjang di ruang perawatan intensif, Pusat Kesehatan di Tepi Barat jumlahnya tidak jauh berbeda dengan Jalur Gaza, termasuk Rumah Sakit Al-Maqashid di Al-Quds dan 125 ranjang di ruang perawatan intensif.”
Di akhir laporannya dia mengatakan, “Jika terjadi wabah di Jalur Gaza situasinya akan menjadi lebih berbahaya, mengingat populasi penduduk di Jalur Gaza sangat padat. Jalur Gaza kekurangan segalanya: mulai dari peralatan permeriksaan medis, ruang perawatan intensif, tenaga medis, peralatan medis dan masker pelindung.” (fh)