Dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir menuturkan beberapa kisah ajaib yang membersamai kelahiran manusia agung, Muhammad SAW. Di antaranya, padamnya api abadi Kaum Majusi di Persia. Istana Kisra Persia tergoncang sehingga beberapa balkon -yang dituliskan Ibnu Katsir sebanyak 14- di antaranya rusak, sebagiannya terjatuh dan roboh. Peristiwa-peristiwa tersebut bagi sebagian orang adalah kejadian biasa, terutama para penganut madzhab matrealisme dan nihilisme, sebagaimana bencana alam atau musibah, akan dianggap sebagai peristiwa alam yang lumrah dan sangat biasa. Namun, sebagai kaum beriman tak ada peristiwa alam yang tak direncanakan oleh Allah. Semuanya berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Tak sedikit dari para alim mengaitkan beberapa peristiwa tersebut dengan istimewanya kelahiran sang calon nabi terakhir ini. Menurut mereka, itu adalah sinyal-sinyal kekuasaan Allah yang dikirimkan bagi manusia supaya segera menyudahi kezhaliman dan kejahilan mereka.
Adapun al-Quran memberikan nuansa lebih sejuk dan dahsyat. Firman Allah SWT, “…Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.” (Surah al-Mâ’idah: 15)
Yang dimaksud lafazh “nûr” ini menurut para mufassir adalah Rasulullah SAW. Beliau adalah cahaya yang dikirim Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan (zhulumât) menuju terangnya cahaya (nûr) petunjuk Allah. Kegelapan yang dimaksud adalah perilaku menyimpang manusia, persekutuannya dengan para musuh Allah, penghambaan kepada materi dan benda, kezhaliman yang mereka lakukan.
Isyarat-isyarat kemahakuasaan Allah juga tergambar jelas saat beliau ikut turun langsung menggali parit saat menghadapi konspirasi aliansi kuffar pada perang Ahzab. Beliau memberi kabar optimisme dengan tiga percikan yang mengisyaratkan futuhat Islamiyah di masa mendatang, ke Yaman, Persia dan Romawi.
Maka, sebagai manusia yang memiliki akal seharusnya peristiwa alam yang Allah hadirkan di hadapannya menjadikannya lebih arif dan bijak menyikapinya. Terutama dengan penyikapan yang berbasis iman. Maka, carut marutnya dunia saat ini bagi orang beriman bukanlah sebagai berita buruk semata, namun hal tersebut akan semakin merapatkannya kepada Allah. Kisah-kisah kezhaliman yang terjadi semakin merajalela pun tak menyurutkan nyali untuk tetap melawannya dan menumbangkannya.
Kisah penyerangan pasukan Zionis Israel yang terakhir ke Gaza, adalah sinyal kuat dahsyatnya kekuasaan Allah. Rakyat lemah yang diembargo dan diblokade lebih dari sepuluh tahun itu sudah tentu akan dianggap ringkih dan underestimate. Nyatanya, mereka sanggup membalas roket dengan roket, serangan dengan serangan yang membuat mereka menyerah di luar perkiraan siapapun. Sekalipun sebagian besar roket tersebut hanya selongsong saja, tetaplah hal tersebut merupakan sinyal bahwa perlawanan terhadap penjajahan takkan pernah berhenti.
Ketika isu-isu terorisme dan radikalisme yang dikaitkan dengan Islam menjadi “dagangan” kampanye pemilu di berbagai belahan dunia, justru hal tersebut menjadi promosi gratis yang bombastis. Lihatlah perkembangan Islam di Eropa dan sikap para pemegang kebijakan serta tak sedikit dari para politisi di benua biru yang mulai jengah dengan Islamphobia.
Kelahiran nabi agung nan mulia ini bagi umat Islam adalah cahaya penuntun perjuangan untuk menumbangkan kezhaliman dan mengusir penjajahan. Agar tak ada lagi penindasan di muka bumi dan tak lagi ada darah manusia yang ditumpahkan tanpa dosa.
Oleh : Saiful Bahri