halopalestina.com – Palestina. Konferensi pegiat Palestina dilakukan secara elektronik pada tahun 2020. Konferensi ini bertujuan mengkampanyekan permasalahan Palestina secara khusus. Konferensi ini diadakan dengan digital sehubungan dengan menyebarnya virus corona yang merebak di berbagai negara. Disamping itu, konferensi ini juga diselenggarakan karena permasalahan Palestina menghadapi ancaman terlikuidasi yang semakin massif, normalisasi berbagai negara dengan penjajah israel
Konferensi yang diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai negara ini, merupakan konferensi kali pertama yang dilakukan melalui daring dengan menggunakan platform digital seperti Zoom, Facebook dan Youtube. Konferensi tersebut juga diharapkan menjadi konferensi terbesar bagi pegiat Palestina melalui digital.
Konferensi yang berlangsung selama 2 hari ini, digelar oleh The Global Coalition for Al-Quds and Palestine (TGCQP), dengan menggunakan 7 bahasa, yaitu Arab, Inggris, Perancis, Spanyol, Turki, Urdu, dan Indonesia. Konferensi ini berlangsung pada tanggal 7 – 8 November 2020, yang dimulai pada pukul 14.00 waktu Al-Quds (bertepatan dengan pukul 19.00 WIB). Konferensi yang diikuti hampir 5.000 orang melalui aplikasi digital ini diisi oleh tokoh-tokoh internasional dari berbagai dunia seperti para aktivis, tokoh-tokoh nasional, akademisi dan beberapa latar belakang lainnya.
Konferensi tersebut dimulai pada tanggal 7 November yang terdiri dari beberapa sesi dan dibuka oleh tokoh nasional Palestina. Pada hari kedua, konferensi dilanjutkan kembali dengan sisi pembuka dari tokoh palestina. Dalam konferensi ini, secara spesifik mengangkat topik yang dibicarakan dari awal hingga akhir adalah fenomena normalisasi yang semakin banyak diikuti oleh beberapa negara. Salah satu pembicara dalam konferensi ini mengatakan bahwa intensitas normalisasi muncul dalam melemahnya ideology zionis israel yang digaungkan dunia. Pembicara-pembicara ini menyampaikan pesan kekecewaannya kepada negara-negara yang melakukan normalisasi. Hal ini sehubungan dengan kewajiban umat untuk terus membantu permasalahan Palestina. Dalam sesi penutup pada hari kedua, beberapa poin ditujukan dalam menentang normalisasi yang terjadi. Poin-poin ini menjadi sebuah sikap bahwa permasalahan Palestina, sebagai permasahan hak asasi manusia, harus diselesaikan. Selain itu, poin-poin tersebut juga menjadi sebuah penegasan sikap bahwa ideologi zionis israel harus dihilangkan agar tercipta keadilan bagi bangsa palestina dan hilangnya penjajahan di muka bumi ini. (wm)