Palestina – Perdana Menteri penjajah israel dalam pidatonya yang disampaikan di Knesset, menggunakan kesepakatan normalisasi dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain untuk melawan penjajah israel, Kamis (15/10/2020), seperti yang dilansir oleh laman situs aa.com.tr, Kamis (15/10/2020).
Netanyahu berbicara dalam pertemuan khusus dengan Knesset, yang diadakan pada hari ini terkait keputusan normalisasi hubungan antara zionis israel dan Uni Emirat Arab (UEA).
Dalam pidatonya, Netanyahu menyatakan harapannya agar kesepakatan ini dapat berkontribusi mendorong orang-orang Palestina untuk menerima penjajah israel, sebagai negara bagi bangsa yahudi.
“Kedekatan negara-negara arab dengan penjajah israel merusak veto Palestina, dalam membangun hubungan damai antara kami dan negara-negara arab,” ujar Netanyahu.
Pemimpin Palestina mengumumkan berulang kali kepatuhannya pada inisiasi damai Arab, yang menyerukan penjajah israel agar menarik diri dari wilayah Palestina terjajah, mendirikan negara Palestina dengan ibukota bagian timur Al-Quds dan menyelesaikan permasalahan pengungsi Palestina, berdasarkan resolusi PBB nomor 194, sebelum normalisasi hubungan negara arab dengan penjajah israel.
Orang-orang Palestina mengatakan bahwa EUA dan Bahrain melanggar inisiasi ini, dengan menormalisasi hubungan keduannya dengan penjajah israel sebelum mendirikan negara Palestina.
Netanyahu menegaskan tekadnya untuk melanjutkan proses normalisasi dengan negara-negara arab. “Rekonsiliasi yang lebih luas antara penjajah israel dengan dunia arab dapat membantu memajukan perdamaian penjajah israel-Palestina,” ujarnya.
“Untuk mencapai perdamaian ini, kami tidak hanya harus melihat Al-Quds dan Ramallah, tetapi juga Abu Dhabi, Riyadh dan tempat-tempat lainnya juga,” lanjutnya.
“Kami akan terus meluaskan perdamaian dengan negara arab,” pungkasnya.
“Saya masih percaya bahwa orang-orang Palestina pada suatu hari akan bangun dan melakukan keinginannya untuk menghancurkan kami….mereka pada akhirnya akan mengakui penjajah israel sebagai negara nasional bangsa yahudi. orang-orang Palestina akan memulai rekonsiliasi yang nyata dan jujur dengan kami, sebagaimana yang telah terlihat pada hari ini dengan sebagian besar dunia arab dan ini akan terjadi pada suatu hari nanti,” katanya.
Orang-orang Palestina menegaskan bahwa kami tidak akan mengakui selama israel sebagai negara nasional bangsa yahudi, karena itu sama saja menghilangkan hak kembali bagi para pengungsi Palestina dan merubah sekitar 1,5 juga orang Palestina di wilayah Palestina terjajah menjadi warga negara kelas 2. Hingga kini Netanyahu tidak menerima berdirinya negara Palestina dengan ibukota bagian timur Al-Quds, dengan tapal batas 1967.
Orang-orang Palestina menyatakan kesepakatan normalisasi antara israel dengan UEA dan Bahrain disandarkan terhadap kesepakatan abad ini, yang menganggap bagian timur Al-Quds sebagai ibukota penjajah israel, serta Masjid Al-Aqsha maupun gereja Al-Qiyamah berada dibawah kekuasaan penjajah israel.
Kesepakatan ini disambut dengan kecaman luas orang-orang Palestina. Faksi-faksi Palestina dan pemimpin-pemimpin Palestina menganggap bahwa kesepakatan ini adalah bentuk pengkhiatan dari UEA dan bentuk penikaman terhadap punggung orang-orang Palestina. (wm)