Sudah delapan tahun rakyat Palestina di Jalur Gaza diblokade. Kini mereka sedang bersiap menyambut bulan ketaatan, ampunan, rahmat dan keridhaan, bulan Ramadhan yang penuh berkah. Bagaimana mereka menyambut Ramadhan?
Di tengah udara yang sangat panas menyergap warga Jalur Gaza dan bersamaan dengan terputusnya aliran listrik akibat terhentinya satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza karena Israel menghentikan pasokan bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pengangkit listrik di Jalur Gaza karena otoritas Fatah di Ramallah menolak mentransfer dana ke Israel dengan dalih yang diada-adakan.
Koresponen Infopalestina bertemu dengan sejumlah warga Jalur Gaza dan bertanya kepada mereka tentang kesiapannya menyambut datangnya bulan Ramadhan di tengah suasana derita yang dialami warga di Jalur Gaza.
Fadi Dardasawi, warga Palestina berusia 40 tahun asal kota Gaza, mengatakan, “Ramadhan adalah bulan yang mulia. Datang setiap tahun dengan membawa banyak kejutan. Tahun ini Ramadhan datang sementara sebagian warga Jalur Gaza menganggur dari pekerjaan akibat blokade. Derita itu ditambah dengan terus terputusnya aliran listrik dalam jangka waktu lama di Jalur Gaza.”
Dia menambahkan, “Terputusnya aliran listrik di bulan Ramadhan itu berarti kematian kami secara perlahan di tengah meningkatnya suhu panas hingga di atas normal.” Dia menambahkan, “Ya Allah, ya Tuhan kami, tolonglah kami untuk pusa Ramadhan dengan sebaik mungkin.”
Departemen kesehatan Palestina sebelumnya telah mengingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan yang sesungguhnya di Jalur Gaza akibat terus terputusnya aliran listrik dalam jangka lama. Departemen kesehatan menyerukan kepada semua lembaga dan organisasi baik lokal maupun internasional untuk intervensi segera dan mensuplai bahan bakar ke dalam rumah sakit-rumah sakit, untuk melindungi nyawa ratusan pasien yang terbaring di rumah sakit. Kalau tidak maka bencana kemanusiaan besar bisa terjadi antara siang dan malam.
Mengenai kesiapannya untuk menyambut Ramadhan, Abu Ahmad mengatakan, “Terus terangan sampai saat ini saya belum membeli apa-apa. Harga terus tidak stabil. Kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun. Untuk itu saya menunggu harga stabil agar bisa memenuhi kebutuhan, termasuk kebutuhan Ramadhan, seperti korma dan lain-lain.” [berbagai sumber]