Setengah windu yang lalu, tepat pada tanggal 7 Juli 2014, kita mengenang peristiwa agresi yang dilancarkan entitas yahudi bernama israel terhadap Jalur Gaza selama 51 hari. Serangan besar-besaran nan mematikan di Jalur Gaza berakhir pada tanggal 26 Agustus 2014, dan menyisakan banyak luka bagi rakyat Palestina.
Serangan militer israel di Jalur Gaza terjadi didasari oleh dua latar belakang. Pertama adanya upaya penyatuan dua faksi pejuang Palestina yang dibentuk pada awal Juni 2014 di Tepi Barat. Terancam oleh upaya rekonsiliasi tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan kepada salah satu faksi pejuang Palestina untuk memilih berdamai dengan israel dan meninggalkan faksi pejuang Palestina lainnya.
Latar belakang ke-Dua yaitu pada tanggal 12 Juni 2014, tiga pemukim israel dinyatakan hilang di Tepi Barat. Sebuah insiden di mana israel menuduh salah satu faksi pejuang Palestina sebagai dalang dan berupaya untuk balas dendam atas terbunuhnya dua remaja Palestina pada bulan Mei 2014. Meskipun tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhan itu, Netanyahu juga menyatakan bahwa penculikan itu membuktikan bahwa upaya persatuan antara faksi-faksi Palestina tidak dapat didukung.
Hingga akhirnya meletus agresi pada tanggal 7 Juli 2014. Militer israel mengumumkan dimulainya operasi serangan mematikan ke Jalur Gaza. Dalam 48 jam pertama operasi, Israel menjatuhkan 400 ton bom di Gaza. Selama dua bulan berikutnya, sekitar 6.000 serangan udara dilancarkan pada wilayah pesisir Jalur Gaza yang terkepung.
Pada 3 Agustus 2014, militer israel menarik sebagian besar pasukan daratnya keluar dari Jalur Gaza setelah menyelesaikan penghancuran 32 terowongan. Seusai mendapat kecaman dunia, israel melakukan gencatan senjata pada tanggal 26 Agustus 2014 tepat pukul 19.00 waktu setempat seusai dimediasi oleh Mesir di Kairo.
Pengumuman gencatan senjata disambut meriah oleh penduduk Palestina di Jalur Gaza. Mereka turun ke jalan-jalan dan mengeluarkan tembakan ke udara. Kesepakatan gencatan senjata meliputi pembukaan pintu-pintu perbatasan Gaza guna memungkinkan pengiriman bahan bantuan.
Dikutip dari BBC Indonesia salah satu juru bicara pejuang Palestina, Sami Abu Zuhri mengatakan, “Kita berada di sini hari ini, untuk menyatakan kemenangan atas perlawanan, kemenangan bagi Gaza atas pertolongan Allah dan ketabahan rakyat kita dan perlawanan mulia.”
Sumber-sumber Palestina dan PBB menyatakan, agresi israel di Jalur Gaza empat tahun silam menyebabkan 2.136 warga Palestina tewas, 500 orang diantaranya anak-anak. Disamping itu juga lebih dari 11.000 orang Palestina terluka.
Kini, walaupun agresi israel sudah berhenti, Jalur Gaza masih menyisakan luka dan keprihatinan yang mendalam. Jalur Gaza terus menjadi sasaran serangan intens oleh israel. Disamping tentunya blokade Gaza yang diberlakukan selama lebih dari 12 tahun. Blokade yang membuat Gaza terpenjara dan mengakibatkan lumpuhkan perekonomian, minimnya sumber daya pangan, terbatasnya alat kesehatan dan permasalahan sosial lainnya.
Penulis : Yogi Prastiyo